Selasa, 09 Juli 2013

Beginilah Rizal Ramli Saat Menjabat Kabulog

[RR1.info]
SEUSAI dilantik sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Ka.Bulog) menggantikan Jusuf Kalla pada Senin, 3 April 2000, Rizal Ramli (RR) langsung menancapkan Program Restrukturisasi agar citra Bulog dapat menjadi lebih baik melalui penataan organisasi yang transparan, akuntabel, dengan menitikberatkan pada sikap profesionalisme dan penuh tanggungjawab.

Program restrukturisasi itu pun digulirkan, yakni di antaranya dengan melakukan pergantian dan mutasi lima jabatan eselon satu (deputi) dan 54 jabatan eselon II (Kepala Biro dan Kepala Dolog).

Ketika itu, terdapat 24 Kadolog (dari 26 Dolog yang tersebar di seluruh provinsi se-Indonesia) langsung dipensiunkan, juga ada yang dimutasi.Langkah ini mulus dilaksanakan, dan tak ada gejojak atas perombakan yang fundamental tersebut karena semuanya dilakukan melalui pertimbangan perbaikan citra Bulog yang harus berpihak kepada rakyat kecil, terutama para petani.


Langkah keberpihakan kepada para petani selanjutnya, adalah dengan meningkatkan pembelian gabah (bukan beras) dari para petani. Sebab sebelumnya, bukan rahasia lagi, pembelian beras oleh Bulog kerap menimbulkan kecurangan dan permainan oleh para tengkulak. Mereka membeli beras petani, lalu dioplos dengan beras impor, selanjutnya dijual ke Bulog. RR memandang, cara seperti itu tentu saja merugikan para petani karena beras yang dihasilkan dari sawahnya hanya sebagian kecil yang diserap oleh Bulog.

Sehingga itulah, RR melakukan terobosan dengan menerapkan kebijakan hanya membeli gabah. Dan kebijakan ini sudah pasti sangat efektif serta menguntungkan rakyat (petani).

Disebut efektif, karena gabah lebih awet disimpan di gudang-gudang Bulog daripada beras. Dan disebut menguntungkan para petani, karena setiap musim panen, ketika harga gabah cenderung turun, Bulog justru terjun langsung menyerap dengan patokan harga dasar yang menyenangkan hati petani.

Di sisi lainnya. pada masa paceklik, gabah tersebut bisa langsung digiling di desa-desa guna meredam kenaikan harga beras. Sehingga di masa paceklik, ada pekerjaan yang bisa mengisi kekosongan waktu para petani di desa-desa, yakni menggiling gabah Bulog.

Namun, kebijakan Bulog yang pro-rakyat itu tak selamanya berjalan mulus. Ada-ada saja yang terjadi, misalnya gabah petani dibeli di bawah harga patokan. Olehnya itu, RR tak ingin kecolongan. Ia pun setiap saat melakukan kunjungan langsung ke lapangan melalui inspeksi mendadak (sidak).

Sayangnya, pada era hand-phone (HP) seperti saat, sidak mudah bocor. Menyadari hal tersebut, RR tak kehabisan akal. Suatu ketika saat melakukan sidak ke Karawang, salah satu kabupaten penghasil terbesar di Jawa Barat, RR lebih dahulu mengutus dua staf kepercayaanya untuk mengelilingi lokasi sidak dengan radius 5 hingga 10 kilometer dari pusat kegiatan sidak.

Sebelumnya, kedua staf tersebut diminta untuk mengirimkan laporan via SMS mengenai pembelian gabah dari petani, yakni apakah benar-benar sama dengan harga patokan, atau malah di bawah harga.

Di lokasi sidak sudah berkumpul para pejabat Bulog, Kadolog Jawa Barat, dan sejumlah Kepala Sub-Dolog dari seluruh kabupaten se-Jawa Barat, serta ratusan petani telah terlihat hadir di situ. Lalu pejabat Bulog setempat pun melaporkan, bahwa pembelian gabah berlangsung lancar dengan nilai di atas harga dasar yang ditetapkan pemerintah.

Mendengar laporan tersebut, Rizal Ramli pun langsung bertanya kepada para petani, “bapak-bapak, apakah betul gabah bapak dibeli di atas harga patokan?”. Para petani pun serentak menjawab, “Betuuul..!!”

Hati Rizal Ramli ketika itu amat senang mendengar jawaban dari petani. Karena memang ia sangat menginginkan kesejahteraan petani dapat segera meningkat.

Sayangnya, jawaban “Betuuulll!!!” dari mulut para petani tersebut tidaklah sesuai dengan hati dan kenyataan sesungguhnya. Hal ini terungkap dari SMS yang menyusul masuk di HP Rizal Ramli dari kedua stafnya tadi yang sudah ditugaskan secara khusus untuk menggali informasi yang sebenarnya terhadap kondisi para petani, terutama mengenai dasar harga patokan tersebut. Isi SMS ternyata bertolak belakang yakni: “gabah petani dibeli di bawah harga patokan”.

Spontan saja, RR kembali menggenggam mikrofon, “Bapak-bapak pejabat Bulog sekalian, tolong pergi menjauh dulu sebentar. Silakan berteduh di bawah pohon di sana supaya dingin!”. Mereka semuanya pun menyingkir, tinggallah RR dan para petani bercakap-cakap dengan santainya, seakan tak ada masalah.
“Bapak-bapak, saya minta jawaban yang jujur. Jangan takut, saya Kabulog. Betulkah gabah bapak dibeli di atas harga dasar?” tanya Rizal Ramli berkali-kali kepada para petani. Yang pada akhirnya, para petani tersebut satu persatu mengakui bahwa gabah mereka hanya dibeli di bawah harga.

“Kapan pembelian itu dilakukan?” tanya RR penasaran.
“Tadi, sekitar dua jam sebelum Bapak datang,” jawab pelan-pelan para petani tersebut.

Mendengar jawaban dari petani tersebut, Rizal Ramli tentu saja menjadi geram, lalu memanggil para pejabat Bulog tersebut untuk kembali merapat bersama para petani. “Saya ini 17 tahun lebih menjadi researcher. Saya terbiasa melakukan cek dan ricek laporan dari lapangan. Saya tidak suka dibohongi,” lontar RR dengan nada tinggi.

Para pejabat Bulog hanya bisa tunduk dan terdiam, karena ulah mereka akhirnya sudah ketahuan. Bukan hanya telah berusaha ‘menipu’ big boss-nya, tetapi juga sudah tega membayar keringat petani secara tidak semestinya. “Saya tidak suka bapak-bapak membuat laporan Asal Bapak Senang (ABS), padahal rakyat kecil menderita. Catat itu...!!!,” tegas RR di hadapan para pejabat Bulog di saksikan para petani setempat.

Setibanya di Jakarta, Rizal Ramli tak tanggung-tanggung langsung meneken SK pemutasian pejabat Bulog tersebut, berikut tidak kurang 200 pejabat Kasub Dolog juga ikut dimutasi. Sedangkan yang baik, jujur, dan pekerja keras ditempatkan di Dolog Kelas I dan II. Sebaliknya, yang kinerjanya “memble” dilempar ke Dolog Kelas III.

Kelas I adalah Dolog yang membawahi wilayah operasi yang luas dan besar, daerah gudang beras seperti Karawang. Sedangkan Dolog Kelas III memiliki wilayah operasi yang lebih kecil seperti di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tak hanya sampai di situ. Rizal Ramli juga mempensiunkan dini 80 pejabat Bulog yang kinerjanya tidak sesuai dengan semangat Reformasi yang diterapkannya di Bulog. Langkah terobosan ini diharapkan bisa menjadi shock-therapy guna menekan jumlah laporan yang bersifat ABS di Bulog. Patgulipat pun menciut. “Sejak saat itu, langsung tak ada lagi yang berani main gila di Bulog,” ujar RR.

TEROBOSAN EFISIENSI
Peningkatan efisiensi juga menjadi perhatian RR selama memimpin Bulog. Awalnya, sebelum RR menjadi orang nomor satu di Bulog, pimpinan Bulog ketika berkunjung ke daerah selalu main rombongan besar. Jika Kabulog sedang dinas ke daerah, biasanya banyak didampingi pejabat (persis rombongan yang sedang bertamasya). Tentu saja hal ini menimbulkan biaya transportasi, atau biaya perjalanan dinas di Bulog menjadi sangat besar. Sehingga itu, “budaya” seperti ini pun dihilangkan oleh RR karena dinilai sangat tidak efisien.

RR sangat percaya dengan model “leadership by example”, yakni pemimpin harus memberi contoh. Sehingganya, Rizal Ramli pun memberi contoh, jika ingin dinas ke daerah-daerah, Kabulog cukup didampingi dua staf saja. Hasilnya, biaya transportasi ternyata memang bisa ditekan hingga 70%, dan beban kerja staf yang mengurusi perjalanan dinas Bulog pun menjadi ringan dan tak perlu lembur lagi.

Pembenahan di seluruh lini, itulah yang sedang dilakukan Rizal Ramli, termasuk yang paling berat sekali pun. Misalnya, mengubah sistem akuntansi Bulog. Bayangkan ketika itu Bulog memiliki 119 rekening yang tersebar di berbagai bank.

RR pun memerintahkan agar sistem akuntansi Bulog segera diubah menjadi lebih transparan dan akuntabel. Dana off-budget harus menjadi on-budget. “Saya ingin sistem akuntasi Bulog sama dengan lembaga negara lain, supaya lebih tertib dan transparan,” tandas Rizal Ramli kepada para stafnya yang mengurus bidang keuangan ketika itu.
“Waduh..susah, Pak. Paling tidak perlu setahun setengah lebih,” kilah stafnya.

“Begini, saya minta perubahan sistem akuntansi itu bisa selesai dalam waktu enam bulan. Kalau tidak, silakan saudara mencari pekerjaan lain!” tegas RR.

Perubahan sistem akuntansi Bulog menjadi Generally Accepted Accounting Practices itu pun akhirnya bisa diwujudkan dalam enam bulan. Jumlah rekening Bulog dari 119 menciut menjadi 9 rekening. Dan yang lebih penting lagi, dana off-budget Bulog yang jumlahnya triliunan bisa menjadi on-budget, sehingga bisa dengan mudah diaudit dan dipertanggungjawabkan.

Praktik patgulipat, korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan berbagai penyimpangan, ibarat merupakan sebuah tradisi bertahun-tahun di Bulog. Ada pejabat yang memberikan izin impor beras kepada pedagang, sehingga pedagang itu tak perlu membayar pajak ketka berasnya datang dari luar negeri. Ada pula pejabat yang ‘membantu’ penyelundupan beras. Dan ada banyak penyimpangan kebijakan di lapangan yang merugikan negara serta rakyat kecil, dan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.

Sejumlah tindakan tegas dan kebijkan terobosan memang dilakukan Rizal Ramli mampu mengurangi  berbagai praktik penyimpangan para pejabat Bulog. Namun di sisi lain, RR juga tak lupa mengakui, bahwa mayoritas pejabat dan staf Bulog juga ada yang bekerja secara benar dan profesional.

Langkah pembenahan untuk perubahan yang lebih baik yang dilakukan Rizal Ramli kerap mengalami benturan dengan para pejabat yang merasa terusik. Sebut saja ketika akan mempensiunkan dini 80 pejabat Bulog, RR sempat mendapat perlawanan.

RR mengumumkan bahwa Bulog ingin membangun corporate-culture yang baru: serba bersi, transparan, dan profesional. “Bapak-bapak dan ibu-ibu yang akan dipensiunkan dini, akan mendapat tambahan pesangon dari yang semestinnya diperoleh. Biaya pengobatan dikasih ekstra, plus biaya untuk pulang kampung,” ujar RR.

RR menyambung,” Yang tidak setuju, boleh melawan saya, tapi saya tidak segan-segan akan membawa kasus yang terkait dengan penyelewengan dan penyimpangan yang berlangsung selama ini ke pengadilan.”

Para pejabat Bulog dari kalangan sipil hanya bisa tersentak kaget, namun mereka mau menerima tawaran pensiun dini tersebut dengan menandatangani persetujuan untuk dipensiunkan.

Tetapi hal ini berbeda suasananya dengan pejabat Bulog yang berasaldari militer, sejumlah di antaranya ada yang menentang. Mereka mendesak bertemu dengan RR di kantornya. Ketika diterima, salah seorang dengan nada tinggi berteriak dan menatap tajam RR: “Kami tak bisa menerima kebijakan yang Bapak terapkan. Kami ini biasa bertempur. Kami siap berkelahi!”

Digertak seperti itu, nyali Rizal Ramli bukannya menciut, malah membuat sifat bengal Rizal Ramli bangkit sebagai mantan demonstran yang pernah dipenjara di era Orba. Karena merasa ditantang, RR pun segera menelepon Panglima TNI (saat itu) Laksamana Widodo. RR memang akrab dengan para petinggi militer karena sempat lima tahun lebih menjadi penasehat ekonomi di Fraksi ABRI (TNI) DPR-RI.

Saat telepon tersambung, RR menekan tombol aktif loudspeaker, sehingga suara dapat didengar oleh siapa pun di ruangan itu. “Mas Widodo, ini ada anggota TNI yang akan saya pensiunkan dini di Bulog. Tapi mereka menolak, malahan ngajak berantem,” kata RR memulai percakapan via telepon.

Dari seberang suara Panglima TNI Widodo, “Siapa namanya, catat nomor pokok TNI-nya..”
RR kemudian mendekap telepon, lalu bertanya kepada tamunya,” Maaf, berapa nomor pokok TNI bapak?”

Para perwira militer itu membisu sembari menggoyangkan tangannya, tanda tak ingin diketahui identitasnya. “Terima kasih Mas Widodo, nanti saya akan faks nama dan nomor TNI-nya,” sahut RR sambil menutup telepon.

Tanpa banyak menemui kesulitan, RR pun akhirnya bisa meluluhkan keenam anggota TNI (pejabat Bulog) tersebut, dan bersedia membubuhi tandatangan sebagai bentuk kesediaan untuk dipensiunkan secara dini.

Begitulah, dengan leadership yang kuat, keberanian, dan ide segarnya dalam melakukan perubahan dan terobosan guna menghasilkan kebijakn inovatif, RR mampu membenahi Bulog dalam tempo singkat. Ketika meninggalkan Bulog pada bulan Agustus 2000, RR sempat meninggalkan surplus triliunan rupiah di Bulog. Keberhasilan RR membenahi Bulog kemudian menjadi cover story majalah Business Week.>(referensi: buku “RR Lokomotif Perubahan) map/ams

Tidak ada komentar:

Posting Komentar